Seks Bantu Makhluk Hidup Beradaptasi dengan Lingkungan
Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta,
Seks merupakan salah satu proses yang dijalani semua jenis makhluk
hidup untuk berkembang biak. Tanpa seks, mungkin banyak spesies makhluk
hidup yang punah karena tak adanya keturunan yang bisa melanjutkan
ciri-ciri atau karakteristik tertentu dari spesies yang dimaksud.
Bahkan
ilmuwan dari University of Auckland telah menemukan manfaat lain dari
seks. Tim peneliti ini mengklaim telah berhasil membuat penjelasan
ilmiah pertama tentang bagaimana reproduksi seksual membantu spesies
beradaptasi dengan lingkungan yang menantang, bahkan memecahkan
teka-teki klasik dalam biologi evolusi.
"Menurut teori evolusi
klasik, reproduksi seksual seharusnya menghambat kemampuan spesies untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks dan dalam jangka waktu yang
lama mencegah evolusi spesies baru," terang ketua tim peneliti Dr. Mat
Goddard.
"Namun dalam dunia nyata, seks adalah strategi yang
sangat sukses untuk tidak mencegah spesies baru berevolusi. Jadi apa
yang kita lihat di alam sana tidak sesuai dengan teorinya. Oleh karena
itu percobaan kami menyediakan penjelasan ilmiah pertama terkait hal ini
dan mendukung teori evolusi alternatif."
Ketika beradaptasi
dengan lingkungannya, organisme mengakumulasi perubahan genetis yang
membantunya untuk bertahan hidup. Karena reproduksi seksual menghasilkan
keturunan dengan campuran gen dari orangtuanya, jadi teorinya seks
antarorganisme untuk beradaptasi lingkungan yang berbeda harusnya
merugikan.
Proses ini seharusnya menghasilkan keturunan yang
beradaptasi dengan buruk terhadap lingkungannya karena gen-gen yang bisa
membantunya telah menipis dan menurut teori klasik, gen-gen yang
bermanfaat ini di suatu situasi akan merugikan bagi lainnya.
Untuk
menguji teori ini, peneliti mengembangkan ragi khusus yang bisa berubah
dari bentuk aseksual menjadi seksual. Dua kelompok ragi ditumbuhkan di
lingkungan yang berbeda dan diijinkan untuk bereproduksi secara seksual.
Tujuannya untuk melihat apakah hal ini bisa memperlambat adaptasi
berkelanjutan pada kedua lingkungan seperti yang diprediksi oleh teori
klasik.
Faktanya, reproduksi seksual terbukti menguntungkan dan
memungkinkan adaptasi yang lebih cepat untuk kedua lingkungan bahkan
ketika ada perkawinan diantara kedua kelompok. Hasilnya pun konsisten
dengan teori alternatif yang menyatakan bahwa gen yang memberikan
keuntungan pada satu lingkungan tidak selalu merugikan pada lingkungan
lain, oleh karena itu takkan merugikan keturunan dari orangtua campuran.
"Jika
teori klasiknya benar, lalu setiap perkawinan yang terjadi antara
sekelompok organisme untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda
akan memperlambat evolusinya secara dramatis. Untuk menjelaskan
bagaimana spesies baru berevolusi ini pun, para penganut teori klasik
telah menyiapkan berbagai skenario yang berbelit-belit seperti munculnya
'gen ajaib' sebagai pilihan pasangan untuk mencegah reproduksi seksual
diantara populasi," ujar Dr. Goddard seperti dilansir dari healthcanal, Senin (25/6/2012).
"Namun
studi kami jauh lebih konsisten dengan apa yang terjadi di dalam dunia
nyata. Studi ini mendukung adanya teori alternatif dimana organisme yang
beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dapat hidup berdampingan
satu sama lain dan sesekali akan melakukan kawin silang namun hal ini
takkan membahayakan evolusi atau perkembangan spesies baru, justru seks
mempercepat proses ini."
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Ecology Letters.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar